Kamis, 23 Februari 2012

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT


LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT
UJI BIOASSAY ABATE TERHADAP LARVA NYAMUK
AEDES AEGYPTI



 








Di Susun Oleh:
Setiya Dewi Megasari
B0903048



DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh patogen virus dengue yang dapat menyebabkan rusaknya sel-sel darah merah manusia. DEPKES (2006) melaporkan jumlah penderita penyakit DBD di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 60.238 orang, dengan kasus kematian sebanyak 793 orang atau 1.3% dari jumlah penderita. Nyamuk pembawa virus dengue yang paling utama adalah A. aegypti, sedangkan A. albopictus ialah vektor sekunder virus DBD. A. aegypti umumnya berkembangbiak pada lingkungan perumahan penduduk, terutama pada tempat-tempat penampungan air bersih seperti bak mandi dan gentong air. Namun saat ini, selain air bersih ternyata air terpolusi juga dapat menjadi tempat perindukan dan berkembangbiaknya nyamuk A. aegypti.
Berbagai alternatif sudah dilakukan untuk mengatasi penyakit deman berdarah, diantaranya dengan membasmi jentik-jentik nyamuk penyebab demam berdarah. Pembasmian jentik nyamuk umumnya dilakukan dengan menguras bak mandi, menutup tempat yang mungkin menjadi sarang tempat berkembangbiaknya nyamuk, mengubur barang bekas yang menampung air. Cara lain yang dilakukan yaitu dengan membasmi larva nyamuk sebagai sumber penularan dengan menggunakan bubuk abate. Untuk mengatasi gangguan nyamuk dapat juga dilakukandengan cara fogging yang bertujuan membasmi nyamuk dewasa dan dapat juga dilakukan dengan menyemprotkan obat anti nyamuk disekitar rumah atau dengan mengoleskan lotion anti nyamuk pada badan.
Kemampuan insektisida membunuh serangga bergantung pada bentuk, cara masuk kedalam tubuh serangga, macam bahan kimia, konsentrasi dan jumlah (dosis) insektisida. selain itu juga harus memperhatikan factor-faktor yaitu spesies serangga yang akan diberantas, ukuran, stadium, sistem pernapasan dan bentuk mulut, penting juga mengetahui habitat dan perilaku serangga dewasa termasuk kebiasaan makannya. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya insektisida yang digunakan dalam program pengendalian vektor perlu di lakukan bioassay.

B.  Tujuan
1.    Mengamati setiap perkembangan larva aedes aegypti
2.    Mengetahui cara kerja abate pada larva nyamuk aedes aegypti yang di uji
3.    Mengetahui efektivitas abate dalam dosis yang berbeda









BAB II
ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

  1. Alat
Ø  PH meter
Ø  Bekker glass
Ø  Tisu
Ø  Container 3 buah
Ø  Labu ukur

  1. Bahan
Ø  Larva Aedes aegypti

  1. Cara kerja
Ø  Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan
Ø  Menyiapkan 3 Container,
Ø  Mengambil air dengan menggunakan labu ukur sebanyak 200 ml kemudian memasukkannya pada 3 container tersebut
Ø  Menimbang abate sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, lalu memasukkannya pada masing-masing container yang telah terisi larva, tetapi apabila berlaku sebagai control maka tidak memasukan abate pada container
Ø  Aduk air dalam container yang telah diberi bubuk abate kurang lebih selama 1menit
Ø  Setelah itu masukkan 10 ekor larva dan catat waktunnya
Ø  Setelah semua container terisi larva, kemudian mengukur PH dan suhu air tempat perindukan larva menggunakan PH meter sebelum pelakuan
Ø  Memberi keterangan pada container yaitu waktu pengukuran PH dan suhu sebelum perlakuan
Ø  Membiarkan perlakuan selama 24 jam
Ø  Setelah sampai pada batas waktu yang ditentukan yaitu 24 jam
Ø  Mengukur kembali PH dan suhu air tempat perindukan larva menggunakan PH meter setelah perlakuan dan menghitung jumlah larva yang mati.
Ø  Menuliskan hasil pada table yang telah ditentukan









BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Tabel hasil pengukuran PH dan suhu air tempat perindukan larva (sebelum perlakuan)
No
Dosis (mg/ml)
PH
Rata
Suhu
Rata
C1
C2
C3
C1
C2
C3
1
10/100
6,62
6,56
6,63
6,60
28,9
28,9
28,9
28,9
2
15/100
6,397
6,37
6,37
6,37
29,8
30
29,8
29,8
3
20/100
6,54
6,41
6,43
6,46
29,1
29,3
29,3
29,2
4
25/100
6,65
6,63
6,58
6,62
29,3
29,5
29,3
29,3
5
30/100
6,54
6,54
6,58
6,55
29,4
29,4
29,7
29,5
6
Kontrol
6,463
6,465
6,429
6,452
28,5
28,5
28,5
28,5

Tabel hasil pengukuran PH dan suhu air tempat perkembangan larva (setelah perlakuan)
No
Dosis (mg/ml)
PH
Rata
Suhu
Rata
C1
C2
C3
C1
C2
C3
1
10/100
7,31
7,34
7,10
7,25
27,2
27,1
27,2
27,1
2
15/100
7,15
7,22
7,25
7,20
25,6
26,6
26,1
26,1
3
20/100
7,14
7,31
7,10
7,18
27,2
27,2
27,3
27,2
4
25/100
7,35
7,28
7,16
7,26
27,0
27,0
27,1
27,0
5
30/100
7,28
7,26
7,13
7,22
27,3
27,3
27,4
27,3
6
Kontrol
7,74
7,67
7,58
7,66
27,0
26,9
27,0
27,0

Tabel hasil Bioassay larva Aedes aegypti dengan abate
No
Dosis (mg/ml)
Σ larva
Kematian larva
Rata
%
C1
C2
C3
1
10/100
10
10
10
10
10
100
2
15/100
10
10
10
10
10
100
3
20/100
10
10
10
10
10
100
4
25/100
10
10
10
10
10
100
5
30/100
10
10
10
10
10
100
6
Kontrol
10
-
-
-
-
0
B.     Pembahasan
Siklus hidup nyamuk  Ae. aegypti mengalami metamorfosis sempurna terdapat empat stadium, yaitu stadium telur, stadium larva, pupa dan dewasa. Telur akan menjadi larva setelah 2-4 hari, larva berubah menjadi pupa memerlukan waktu 4 – 9 hari dan mengalami empat tahap perkembangan  yaitu instar I, II, III, IV. Perubahan instar ditandai dengan pengelupasan kulit yang disebut moulting. Pada instar I  tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1 – 2 mm, duri – duri (spine) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernafasan (siphon) belum hitam.  Perkembangan instar I ke II berlangsung dalam waktu 2 – 3 hari. Larva instar II bertambah besar dengan ukuran 2,5 – 3,9 mm, duri dada belum jelas dan corong pernapasan sudah berwarna hitam. Instar II ke instar III dalam waktu dua hari dan perubahan instar  III ke instar IV dalam waktu dua hari. Larva instar III dan instar IV  mempunyai ciri – ciri yang sama yaitu telah lengkap struktur anatominya dan jelas, tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada biasa (thorax), dan perut (abdomen). Pada bagian kepala sepasang mata majemuk, sepasang antena tanpa duri – duri dan alat – alat mulut tipe penguyah (chewing).
Kelangsungan hidup larva dipengaruhi oleh Suhu air, pH air perindukkan, keterbatasan makanan dan kepadatan larva serta adanya predator. Temperatur optimal untuk perkembangan larva adalah 250C – 270C, larva akan mati pada suhu kurang dari 100C. Kadar pH air akan  menurunkan kadar O2  dan CO dalam air. Peningkatan pH air akan menurunkan kadar CO, sementara O2 akan mengendap hingga kadarnya akan menurun juga. Kadar O2 dan CO di air juga berpengaruh terhadap pembentukan enzim sinokrom oksidase larva Aedes aegypti. Larva dapat hidup dalam pH 4 – 8. Pertumbuhan larva  Aedes aegypti  juga dipengaruhi oleh volume air dalam tempat perindukan, karena semakin banyak air maka semakin banyak pula makanan yang dibutuhkan.
Suhu ruangan sangat berpengaruh terhadap suhu air, sehingga jika suhu ruangan tinggi maka suhu air juga akan mengalami kenaikkan. Pada praktikum yang dilakukan suhu air sebelum perlakuan lebih tinggi dari pada suhu air sesudah perlakuan, hal ini mempengaruhi perkembangan larva yang ada di dalam kontainer.
Abate sebagai larvasida berguna untuk mengendalikan populasi nyamuk secara efektif langsung di tempat perkembangbiakannya, sangat ekonomis karena dengan biaya terjangkau populasi nyamuk dapat dikendalikan hingga 2 bulan, cepat menurunkan populasi nyamuk karena langsung membasmi jentiknya sehingga lebih banyak yang dapat dibasmi sebelum menjadi dewasa, aman karena dosis penggunaan sangat rendah serta telah terdaftar di Dep. Kesehatan RI dengan No. PD 0702000044 dan Komisi Pestisida No. RI. 96/6-2002/T. Penggunaannya juga telah direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Internasional atau WHO (Technical Report Series No. 513,1973) sehingga keamanannya terjamin bagi manusia dan binatang peliharaan seta praktis, cukup taburkan butiran ABATE sesuai takaran ke seluruh tempat penampungan air yang dicurigai sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk seperti bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, perangkap semut, drum kosong yang menampung air hujan,dll.
1gr abate mengandung 10mg temophos, tidak berbahaya terhadap manusia, burung, ikan dan binatang pelihraan lainnya. Cara kerja abate pada tubuh larva aedes aegypti:
a.    Kontak dan melalui syaraf.
b.    Partikel padat melekat erat pada kaki dan badan.
c.    Bekerja cepat dengan membloking impuls syaraf.
d.   Efektif terhadap seranggan dewasa atau larva.
e.    Residu yang kuat walaupun pada permukaan berpori.
f.     Tidak berbau, tidak berubah warna dan tidak bersifat korosif.
g.    Flushing efek 5 menit.
h.    Knocck down 30 menit atau kurang.
i.      Daya bunuh sebelum 24 jam.
j.      Tingkat keracunan yang rendah terhadap organisme yang bukan target, misal manusia dan burung.
Bioassay dalam praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kematian larva Aedes aegypti yang telah diberi abate dalam berbagai dosis dan yang bertindak sebagai kelompok control. Dalam uji bioassay ini larva Aedes aegypti yang digunakan yaitu larva aedes yang telah memasuki instar III.
Pada praktikum yang telah dilakukan pengukuran ph dan suhu sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan dengan konsentrasi abate yang berbeda antara lain antara lain 10/200, 15/200, 20/200, 25/200, 25/100, 30/200 dan control. rata-rata pH air pada masing-masing container sebelum dilakukan perlakuan lebih rendah daripada setelah perlakuan, sedangkan untuk suhu pada masing-masing container suhu sebelum perlakuan lebih tinggi daripada sesudah perlakuan. Hasil praktikum menunjukkan bahwa dari semua larva atau jentik yang diberi abate kesemuanya mati sedangkan untuk kelompok control 100 % larva tidak ada yang mati.




















BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.      Perkembangan instar I ke II berlangsung dalam waktu 2 – 3 hari. Instar II ke instar III dalam waktu dua hari dan perubahan instar  III ke instar IV dalam waktu dua hari.
2.      Cara kerja abate pada tubuh larva aedes aegypti adalah melalui kontak dan melalui syaraf. Partikel padat melekat erat pada kaki dan badan, bekerja cepat dengan membloking impuls syaraf.
3.      Dari semua dosis abate yang di uji semua efektif dalam membunuh larva aedes aegypti.

B.  Saran
Cara paling efektif untuk membunuh larva nyamuk adalah menggunakan abate dengan dosis 1gr/10 liter.














DAFTAR PUSTAKA

Animous.2010.Nyamuk Aedes Aegypti.http://www.wikipedia.com/nyamuk-aedes-aegypti.html diakses tanggal 26 desember 2010
Oktaviani,Z.2007.isolasi, identifikasi, patogenitas dan proses kolonisasi cendawan entomopatogen pada larva nyamuk aedes aegypti
Suirta,IW,N.M Puspawati dan N.K Gumiati.2007.isolasi dan identifikasi senyawa aktif larvasida dari biji mimba (azadirachta indika.A.jus) terhadap larva nyamuk demam berdarah (aedes aegypti).jurnal kimia I





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar